MATERI SOTIS #13
SEKOLAH ORANGTUA IMAM SYAFI’I
Oleh : Abdul Kholiq
Tidak ada anak yang lahir di dunia ini memiliki kepribadian/karakter yang sama.
Mengapa sering membandingkan anak dengan anak lainnya?
Tidak ada anak yang lahir di dunia ini memiliki cara belajar sama.
Mengapa menerapkan gaya belajar yang sama kepada semua anak?
Tidak ada anak yang lahir di dunia ini memiliki bidang kecerdasan sama.
Mengapa meranking mereka dengan ujian pada bidang yang sama?
Tidak ada anak yang lahir di dunia ini memiliki bakat yang sama.
Mengapa menyeragamkan kurikulum kepada semua anak?
Allah ta’ala berfirman:
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدٰى سَبِيْلاً
“Katakan (Muhammad) bahwa setiap orang akan berbuat sesuai keadaannya masing-masing, maka Robbmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (QS. Al Isra’ : 84)
Setiap anak adalah very special and limited edition
Setiap anak memiliki potensi kekuatan dan potensi kelemahan bakat yang unik.
Sebagaimana sahabat Nabi juga memiliki karakter unik. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
أرْحَمُ أُمَّتي بِأُمَّتي أَبُو بكر ، وأشدُّها في دين الله عمر، وأصدقها حَيَاء عُثْمَان ، وأعلَمُهَا بالحلال وَالْحرَام معَاذ بن جبل ، وأقرؤها لكتاب الله – تَعَالَى – أُبِيّ ، وأعلَمُهَا بالفرائض زيد، وَلكُل أُمَّةٍ أمينٌ ، وأمينُ هَذِه الأُمّة أَبُو عُبَيْدَة بن الْجراح
“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang Alquran adalah Ubay (bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 3:184)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa setiap sahabat memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki sahabat lainnya
Dan setiap sahabat juga memiliki kelemahan pada bidang tertentu yang tidak dimiliki sahabat yang lain. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
يَا اَبَا ذَرٍّ اِنِّي اَرَاكَ ضَعِيْفًا وَاِنِّي اُحِبُّ لَكَ مَا اُحِبُّ لِنَفْسِي لاَ تَأَمَّرَنَّ عَلَى اِثْنَيْن وَلاَ تَوَلَّيَنَّ مَالَ يَتِيْمٍ
“Wahai Abu Dzar, aku lihat engkau seorang yang lemah dan aku suka engkau mendapatkan sesuatu yang aku sendiri menyukainya. Janganlah engkau memimpin dua orang dan janganlah engkau mengurus harta anak yatim”. (HR.Muslim no 1826)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa salah seorang sahabat yang bernama Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu memiliki kelemahan dalam bidang memimpin dan mengurus harta anak yatim. Hal ini bukan berarti Abu Dzar seorang yang tidak pemberani atau tidak dapat dipercaya, atau tidak jujur, tetapi Abu Dzar adalah pribadi yang sangat jujur, bahkan paling jujur lisannya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
مَا أَقَلَّتِ الْغَبْرَاءُ، وَلَا أَظَلَّتِ الْخَضْرَاءُ، مِنْ رَجُلٍ أَصْدَقَ لَهْجَةً مِنْ أَبِي ذَرٍّ
“Tidak ada seorang pun di bumi, atau di bawah langit, yang berbicara lebih jujur dari Abu Dzar” (HR. At Tirmidzi No. 3801, Ibnu Majah No. 156)
Potensi lain yang dimiliki Abu Dzar adalah sifat beliau yang pemberani melakukan sesuatu karena Allah walaupun hal tersebut membahayakan dirinya sendiri. Hal ini sebagaimana terdapat dalam kisah hidup beliau ketika beliau baru saja masuk Islam.
Setiap orang memiliki potensi kekuatan yang unik dan kelemahan yang unik juga, maka agar belajar dan kinerja dapat maksimal kebermanfaatannya, fokuslah pada kekuatan dan siasati keterbatasan.