Oleh Adriano Rusfi
Semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini adalah rencana Allah, program Allah, blueprint Allah. Tak ada yang kebetulan dan tak ada yang sia-sia (3 : 190-191)
Setiap peristiwa hadir sebagai bagian dari sunnatullah, untuk merespons perilaku, permasalahan dan kebutuhan manusia. Musibahpun hadir sebagai jawaban atas ulah manusia (30 : 41)
Alhasil, atas kekuasaan Allah maka setiap peristiwa adalah pelajaran bagi manusia. Terjadinya sejumlah peristiwa “asbabun nuzul”nya adalah perangai manusia itu sendiri, agar manusia belajar darinya.
Hebatnya lagi, setiap peristiwa yang Allah ciptakan dapat dimaknai dan diambil pelajarannya secara berbeda dan beragam oleh orang yang berbeda, sesuai dengan permasalahan dan kebutuhannya masing-masing. Itulah yang disebut dengan HIKMAH
Maka, apapun yang terjadi dalam kehidupan ini adalah KURIKULUM ALLAH. Seluruh peristiwa hadir untuk pendidikan dan pelajaran bagi kita dan anak-anak kita, sebagai bekal untuk menjalani kehidupan, di dunia dan akhirat.
Dengan demikian, pada dasarnya untuk menjalani kehidupan ini, untuk memiliki life skills dasar (Basic Life Competence), yang manusia butuhkan hanyalah Kurikulum Allah. Sedangkan Kurikulum rancangan manusia dibutuhkan untuk membangun kompetensi-kompetensi sekunder dan tingkat lanjut (Advanced Secondary Competence)
Dan agar anak-anak kita terdidik dengan Kurikulum Allah, yang kita butuhkan adalah :
Pertama, mencemplungkan anak-anak kita ke dalam realitas seutuhnya dengan penuh iman dan tawakkal pada Allah bahwa dia adalah pendidik, pemelihara dan pelindung terbaik anak-anak kita.
Kedua, berbaik sangka pada Allah, lingkungan dan kehidupan bahwa segala hal yang terjadi adalah penuh hikmah, pendidikan, maslahat dan manfaat bagi pendidikan anak-anak kita
Ketiga, membangun kepekaan ayahbunda dan anak terhadap terhadap segala peristiwa, dan bermujahadah penuh untuk mengambil pelajaran dan hikmah darinya.
Keempat, tidak “mengepung” anak dengan kurikulum-kurikulum akademik dan artifisial yang begitu padat, teknis dan rinci, sehingga anak-anak seakan terhalangi untuk belajar langsung dari Tuhannya. Kalau anak ingin belajar dari kurikulum Allah, maka OPTIMALKAN YANG ALAMI DAN MINIMALKAN YANG REKAYASA
mungkin yang perlu kita “bersihkan” dari pemikiran produk-produk sekolahan kayak kita ini adalah kecenderungan untuk menstrukturkan dan mendokumenkan Kurikulum Allah.
Kurikulum Allah adalah kurikulum alami, mengalir. Kalau istilah orang Minang, Kurikulum Allah adalah “Alam terkembang menjadi guru”
Jadi kalau anak kita ingin dididik dengan kurikulum Allah, kita tak memerlukan desain, sistem, mekanisme, prosedur, LKS, lesson plan dan sebagainya.
Saya malah khawatir, jangan-jangan saya salah memberikan nama “Kurikulum Allah” nih, sehingga kita terjebak pada hal-hal yang bersifat struktural dan prosedural nih.
Justru kata kunci dari Kurikulum Allah adalah : natural, mengalir, non-rekayasa dsb.
Kekuatan utama dari Kurikulum Allah bukan terletak pada sistematikanya, tapi pada kepekaan kita dalam mengambil pelajaran darinya.
Mari kita belajar dari proses turunnya AlQur’an. Bukankah “berantakan dan acak-acakan” serta sangat responsif terhadap peristiwa alias Asbabun nuzul ? Nah seperti itulah kira-kira gambaran kurikulum Allah
Justru kata kunci dalam menjalankan kurikulum Allah Adalah kerelaan untuk menerima dan mengikuti sunnatullah-sunnatullah dalam kehidupan ini.
Apakah berarti kurikulum Allah itu tanpa panduan ? Sesungguhnya kurikulum Allah itu selalu memiliki panduan (Al-Quran & Sunnah), namun Allah yang mengerti rahasianya, mengapa hal tersebut ditakdirkan kpd seorang hamba.
Justru yang ingin saya pesankan Pada kesempatan ini adalah Jangan membuat program yang terlalu terstruktur, detail dan tertib terhadap anak-anak kita, seakan-akan kita telah menghalangi anak-anak kita untuk berinteraksi dengan kurikulum Allah.
Pernah dalam satu kesempatan, sebuah panitia Ramadhan telah membuat kurikulum ceramah tarawih yang begitu rapinya dengan target yang jelas pada akhir Ramadhan. Saya mengapresiasi upaya itu. Tapi saya juga mengingatkan, jika pada malam keduabelas, misalnya, ada sebuah peristiwa tertentu, maka tolong pada malam keduabelas itu sesuaikan materi ceramah dengan peristiwa tersebut. Itu namanya mengakomodasi kurikulum Allah. Sebagaimana Alquran yang turun secara acak merespons asbabun nuzul yang terjadi waktu itu.
sumber : Group HEbAT Banyumas
dengan sedikit tambahan dr admin