Oleh: Abdul Kholiq
Seorang Ibu mengeluh….
Anakku keras kepala, suka membantah dan banyak alasan kalau disuruh, padahal dia baru berumur 6 tahun.., apa jadinya kalau sudah besar nanti…?
Sementara ibu yang lain menambahi…
Iya.., kayak anakku juga, kalau disuruh duduk belajar susahnya minta ampun…, gak betah tinggal di rumah…
Kalau begitu terus .., bagaimana masa depannya nanti…? Suram …!
Nggak kalah serunya ibu yang lainnya lagi menimpali…
Anakku baru berumur 5 tahun, sukanya menyendiri dan nggak suka kumpul-kumpul bersama teman-temannya, kalau kuper kayak gitu apa bisa sukses nantinya…?
Dan masih banyak keluhan senada lainnya tentang itu.
Wajar.., dan sangat wajar seorang ibu khawatir terhadap anaknya yang keadaannya seperti itu.
Namun ketahuilah wahai para orang tua…
✅ Setiap anak itu hebat, Tidak ada anak yang bodoh. Adanya anak yang merasa bodoh karena potensi yang dimilikinya tidak diakui sebab dianggap tidak sesuai dengan trend yang ada.
✅ Setiap anak itu pembelajar yang tangguh, tidak ada anak yang malas belajar. Adanya anak tidak suka belajar yang bukan potensinya dan bukan gaya belajarnya.
✅ Setiap anak itu memiliki kemampuan unik, dan tidak bisa dibanding-bandingkan dengan anak yang lain.
Hanya saja banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa kupu-kupu yang indah, dulunya berbentuk ulat yang tidak menarik bahkan sebagian orang jijik kepadanya, kemudian menjadi kepompong, lalu jadilah kupu-kupu dewasa yang indah.
Anak kecil yang keras kepala dan suka membantah, itulah sifat sang calon pemimpin.
Anak kecil yang tidak betah dirumah, suka berkumpul temannya, itulah sifat yang dimiliki para ahli bidang sosial
Anak kecil yang suka menyendiri, itulah sang calon peneliti.
Dan masih banyak lagi potensi-potensi kekuatan yang luar biasa pada diri anak , tetapi orang tua menganggapnya itu sebagai kelemahan bahkan dianggap kenakalan. Padahal sebenarnya sifat-sifat yang tidak menyenangkan itu ibarat perilaku ulat yang kelak akan menjadi kupu-kupu dewasa yang indah.
Tumbuh dan kembangnya anak-anak kita adalah sunnatullah. Anak-anak kita akan tumbuh dan berkembang sesuai fase perkembangannya. Sejatinya Allah lah yang menumbuhkan anak-anak kita (1).
Belajar tidak harus dengan buku dan duduk di kursi, tetapi dapat dilakukan ketika bermain, mengobrol dengan teman, bahkan bertengkar dengan kakak atau adiknya pun bisa jadi sarana belajar bagi anak.
Pendidikan tidak bisa dilihat hasilnya setahun, dua tahun, bahkan lima tahun.
Pendidikan akan dapat dilihat hasilnya setelah anak menjadi dewasa..
Keshalehan anak belum dapat dijustifikasi (dihukumi/disimpulkan) ketika anak masih kecil…
Kesolehan akan tampak indah ketika mereka menginjak aqil baligh dan dewasa…
Jikalau orang tua menuntut keshalehan anak tampak ketika masih kecil…, ibarat ingin memanen hasil cocok tanam sebelum waktunya, belum umur, belum ada buahnya, bahkan kalau diambili daun atau batangnya pohon akan tumbuh tidak sempurna bahkan bisa mati binasa.
Sabar dan sabar…,
Jangan tergesa-gesa menjadikan anak tampak sholeh sejak dini dengan menekannya dan memaksanya. Sebab tekanan dan paksaan waktu kecil berpengaruh terhadap kondisi psikis anak yang bisa mengganggu perkembangan pendidikan fase berikutnya.
Mumpung anak-anak masih kecil, belum dicatat dosa-dosanya, bimbinglah dengan kelembutan ketika mereka bersalah, merusak, atau tidak tahu.
Ikutilah karakter perkembangan anak dengan metode pendidikan yang sesuai dengan fase usianya hingga anak-anak kita aqil baligh. Setelah aqil baligh, pena catatan amal mereka sudah tidak terangkat lagi. Dosa dan pahala mereka sudah dicatat sebagaimana manusia dewasa (2).
Aqil baligh adalah batas akhir fase anak.
Aqil baligh adalah waktu panen hasil pendidikan anak kita.
Jika anak sudah menampakkan kesholehannya sejak dini, tanpa adanya takanan dan paksaan, sehingga fitrahnya tak tercederai, maka sungguh itu merupakan karunia Allah yang sangat agung. Namun jika tidak demikian keadaannya maka bersabarlah, karena semua anak memiliki kehebatan dan kelemahan sendiri-sendiri.
#Karakterperkembangan
Catatan kaki:
(1) Allah ta’ala berfirman,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat”(QS. Arrum: 54)
Juga Firman-Nya,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan” (QS. Al Hajj: 5)
(2) Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ: عَنِ الْمَجْنُوْنِ حَتَّى يَفِيْقَ، وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ.
“Telah diangkat pena dari tiga golongan: dari orang gila sampai ia sadar, dari orang tidur hingga ia bangun, dan dari anak kecil hingga ia baligh.”MADRASAH ORTU GURU