Pendidikan Karakter Usia 10-14 tahun

 PENDIDIKAN KARAKTER USIA 10-14 TAHUN

Dalam Pendidikan Islam, usia 10 tahun adalah titik kritikal karena ini saatnya anak boleh dipukul ketika meninggalkan sholat, tentu pukulan yang tidak melukai dan menghinakan, namun sebaiknya jangan sampai dipukul karena ada waktu yang cukup dari usia7 tahun ketika perintah sholat disampaikan. “Boleh dipukul” adalah warning mengingat mereka akan menjalani fase pendidikan terberat sepanjang masa anak-anaknya, yaitu fase pre aqilbaligh (10 – 14 tahun). Jika disebut masa anak adalah masa bermain, maka di usia 10 inilah batas masa bermain dan mulai serius menjalani pendidikan murahaqah sebagai persiapan menuju aqilbaligh di usia 14 – 15 tahun. Kebanyakan mereka yang menolak “bermain” pada masa anak adalah karena tidak memahami pada fase mana anak “bermain” dan pada fase mana mulai menggembleng diri baik bakat maupun akhlaq.

Di usia 10 tahun, juga diperintahkan untuk mulai memisahkan kamar anak dengan kamar orangtuanya, juga dipisahkan kamar anak lelaki dengan kamar anak perempuan.

Di usia 10 tahun anak anak mulai dijuruskan sesuai bakatnya dan mulai fokus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang menjadi potensi dirinya.

Usia ini menjadi penting karena anak akan menghadapi tahap latih pre aqilbaligh di usia 10 – 14 tahun, dimana semua fondasi karakter keimanan, karakter belajar dan karakter bakat harus sudah selesai pada usia ini, termasuk perihal karakter seksualitas dimana ketertarikan pada lawan jenis sudah mulai ada, karenanya Islam mensyaratkan secara normatif dengan pemisahan kamar dan sholat tidak boleh ditinggalkan, ini agar anak anak fokus menghadapi masa latih di usia 10-14 tahun, yaitu masa terberat sepanjang masa anak-anak menuju pemuda.

Pada usia ini penekanan pada pendidikan afektif, Emotional Intelligent, bekerja dalam grup kecil. Orang tua mengambil peran sebagai pelatih dan mentor, sedangkan anak sebagai pemagang.

Karakter Keimanan: Membangkitkan kesadaran bahwa Allah sebagai Ilah (Tauhid Uluhiyyah), dengan keteladanan, konsisten dan ridho pada setiap perintah dan larangan, adanya pendamping akhlaq.

Karakter Belajar: Mewujudkan kompetensi belajar dan inovator, mempelajari bahasa ibu ke-2, menguasai sastra bahasa ibu, belajar untuk alam dan masyarakat, mengembangkan riset dan nalar, melakukan proyek-proyek untuk mempelajari sesuatu.

Karakter Bakat: Mewujudkan gagasan dan kompetensi melalui bakat dengan cara magang kepada para ahli dan membuka jaringan.

 

  1. Karakter anak usia 10-14 tahun

 

1. Karakter keimanan:

setiap anak lahir dalam keadaan telah terinstal potensi karakter keimanan, karena setiap dari kita telah bersaksi bahwa Allah adalah Robb pencipta alam semesta pada saat di rahim ibu.

2. Karakter belajar:

setiap anak adalah pembelajar tangguh dan hebat yang sejati. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kreatifitas imajinasi, explorer, penjelajah, dan peneliti unggul.

3. Karakter bakat:

setiap anak adalah unik (berbeda dengan lainnya), mereka masing-masing memiliki sifat produktif atau potensi produktif yang merupakan panggilan hidupnya, yang akan membawanya kepada peran spesifik peradaban.

 

  1. Kondisi anak usia 10-14 tahun

 

  1. Pada masa ini adalah masa emas bagi Karakter Bakat, karena sesuaikarakter perkembangan pada saat usia 10 – 14, anak berada pada masa latih pra-aqilbaligh atau masa penggemblengan bakat dan akhlaq agar mandiri dan berkarya dengan akhlaq yang mulia tepat ketika berusia 14 atau 15 tahun.
  2. Masa bermain sudah berakhir, beralih ke masa persiapan aqil baligh
  3. Boleh dipukul jika meninggalkan sholat
  4. Dipisah tempat tidurnya antara laki-laki dan perempuan

 

3. Langkah pembelajaran anak usia 10-14 tahun

 Membangkitkan karakter keimanan dengan menumbuhkan kesadaran bahwa Allah ta’ala sebagai Ilah (satu-satunya sembahan/tauhid uluhiyyah) melalui:

  • Mencontoh teladan dan  memberiketeladanan kepada mereka
  • Konsisten dan ridha denganperintah dan larangan allah ta’ala
  • Anak perlu mentor atau pendamping akhlaq (chaperon) agar bermanfaat sebesarnya dengan semulia mulia akhlaq. Magangkan mereka dengan pendamping akhlaq (chaperon) untuk membimbing anak konsisten terhadap pilihannya dan berani menanggung resikonya.
  • Menguatkan nilai-nilai karakter positif yang akan mereka perjuangkan dalam hidup ini berkaitan dengan akhlaq dan tujuan penciptaan di muka bumi. Anak dididik untuk bertanggung jawab terhadap orang lain dan lingkungannya, dimulai sejak umur 10 tahun.
  • Umur 10 tahun adalah masa start up atau tancap gas untuk mengembangkan karakter dan potensi diri, dan masa bermain sudah berakhir beralih ke masa persiapan untuk bersikap dan berperan dalam kehidupan yang sebenarnya yaitu masa aqil baligh.
  • Anak laki-laki didekatkan ibu, anak perempuan didekatkan ayah, untuk memahami sosok ideal lawan jenis yang pertama ditemuinya, bersama ayah atau ibunya.

 

Membangkitkan karakter belajar melalui:

  • Mendorong  anak untuk melakukan riset dan penalaran
  • Membimbing anak untuk melakukan project based innovation
  • Pembelajaran bahasa ibu ke 2 (bahasa alquran dll)
  • Belajar bersama alam (BBA). Memanfaatkan alam yang luas terbentang untuk proses pembelajaran dalam tiga hal pokok:

 

1. Alam sebagai ruang belajar

Alam adalah ruang belajar interaktif yang tidak dibatasi sekat-sekat dinding, dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja

2. Alam sebagai media dan bahan ajar

Alam kaya akan jenis-jenis benda yang dapat dijadikan sebagai media dan bahan ajar yang mendukung efektifitas pembelajaran

3. Alam sebagai obyek belajar

Proses pembelajaran melalui pengamatan dan uji coba terhadap gejala-gejala alam mengasah daya kritis dan kepekaan anak yang akan menumbuhkan kesadaran akan kemahakuasaan Allah ta’ala.

 

Membangkitkan Karakter Bakat melalui:

  • Menyusun rencana pengembangan portofolio
  • Mendorong dan membimbing anak untuk fokus pada bakatnya yang merupakan panggilan hidupnya. Anak perlu Coach atau Pendamping Bakat (Maestro) agar berkarya sebanyak-banyaknya dengan karya terbaik
  • Meningkatkan potensi diri dengan magang kepada orang ahli (Maestro).
  • Pembelajaran  model proyek berbasis bakat (Project Based Talent) dengan personalized Curriculum
  • Membimbing anak untuk merancang startup business (bisnis pemula), mencari investor dan partner.
  • Anak mulai dilatih untuk membiayai/menghidupi diri sendiri sejak umur 10 tahun walaupun dengan prosentase masih kecil.
  • Menguatkan Karakter gender, Anak perempuan didekatkan ke ayah dan anak lelaki didekatkan ke ibu agarmasing-masing memperoleh sosok lawan jenis yang ideal dan tidakmemberikan kepada lawan jenis yang bukan mahramnya.

 

  1. Contoh penyimpangan pembelajaran pada anak usia 10-14 tahun
  •  Hanya fokus pada potensi akademik, sementara lupa atau lalai untuk mempersiapkan kemandirian dan kedewasaan atau aqilbaligh ketika usia 14 atau 15 tahun.
  • Tidak mendekatkan anak perempuan ke ayah, atau tidak mendekatkan anak lelaki ke ibu sehingga anak-anak tidak memperoleh idola lawan jenis pertama dari orang terdekatnya. Di usia ini penting bagi anak perempuan memahami lelaki dari sudut pandang lelaki, dalam hal ini ayahnya, dan juga penting bagi anak lelaki memahami perempuan dari sudut pandang perempuan, dalam hal ini ibunya.
  • Menyeragamkan kurikulum untuk semua anak. Usia ini adalah puncak karakter bakat maka jangan sampai karakter bakat ini hilang begitu saja, lakukanlah pemetaan bakat dan perancangan personalized curriculum berbasis bakat.
  • Karakter Keimanan tidak tumbuh. Ada masa 3 tahun sejak anak diperintah sholat pada usia 7 tahun, dan boleh dipukul pada usia 10 tahun. Artinya, anak tidak perlu meninggalkan sholat dan dipukul apabila pendidikan mampu membangkitkan karakter keimanannya sebelum usia 10 tahun. Usia 10 tahun anak harus tuntas “mengenal” Allah. Jika keteladanan dan atmosfir keshalihan tidak terlalu baik atau kondusif di rumah, maka perlu diupayakan keteladanan dan lingkungan di luar rumah, misalnya dengan program Home Stay, atau menginapkan anak pada keluarga shalih dengan ayah ibu yang utuh.
  • Mengirimkan ke boarding school sebelum masuk aqilbaligh. Banyak kasus penyimpangan kejiwaan jika mengirimkan anak ke boarding school sebelum aqilbaligh. Konsep boarding school atau sekolah berasrama sebenarnya tidak dikenal dalam Islam untuk usia di bawah aqilbaligh (< 15 tahun), Islam hanya mengenal konsep homestay, atau menitipkan anak pada orang shalih.

 

  1. Pemetaan potensi anak usia 10-14 tahun

Setelah anak berusia 10 tahun, seharusnya semua potensi anak sudah ditemukan, namun demikian tidak ada kata terlambat dalam memetakan potensi walaupun sudah lanjut usia. Dan tidak ada kata terlambat untuk kembali kepada jalur potensi yang telah Allah karuniakan kepada setiap manusia, pada usia berapapun.

Metode pemetaan potensi pada usia ini sama dengan pemetaan pada usia-usia sebelumnya.

 

Penulis: ustadz Abdul Kholiq

..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Jl. Karangroto Raya (KH.Zainudin Raya) No. 27 A, RT 7 RW 2, Komplek Radio Mutiara Qur’an 1170 AM, Karangroto, Genuk, Semarang 50117

No WA : 089 503 659 911

SEKOLAH KARAKTER IMAM SYAFI’I (SKIS) SEMARANG @2022