Anak-anak itu fitrahnya hebat: senang ibadah, mandiri, penyayang, pembelajar, berfisik sehat, dst ? tp terkadang, fitrah hebat itu justru terkubur karena pola pengasuhan pada tumbuh kembangnya.. ❤
Salah satu pembelajaran favorit saya dari pak Harry Santosa dan komunitas hebat tentang Fitrah Based Education adalah fakta bahwa anak-anak sejak lahir sudah Allah ajarkan langkah demi langkah agar mereka mampu dewasa dan mandiri di usia balighnya (10-15thn). ?
Di era skrg, banyak sekali anak-anak baligh di usia dini, namun secara akil masih jauh tertinggal. Padahal, ketika mereka baligh, secara otomatis berbagai kewajiban dan kesalahan menjadi konsekuensi tanggung jawab mereka pribadi. ?
*)Fitrahnya, anak-anak mudah bangun dan beraktifitas di pagi hari. ? Seiring dengan pertumbuhan bayi, akan ada masa di mana mereka seneng bangun sebelum subuh. Tapi kebanyakan dari ortu menidurkan mereka kembali agar bisa beraktivitas. Padahal, bangun sebelum subuh itu sehat, dan ini adalah fitrah agar mereka sampai dengan dewasa senang dan terbiasa bangun sebelum subuh.
Jadi, jangan mengeluhkan anak2 yg susah dibangunkan pagi2, kalau ketika mereka kecil, mereka bangun pagi disuruh tidur lagi. 🙂
*)Fitrahnya, anak-anak itu senang mandiri.
Masih inget nggak ketika antara usia 5-8 bulan anak sering nggak mau disuapin tapi maunya pegang sendiri? 🙂 segala benda yang mereka lihat inginnya dimasukkan ke mulut?
Pengalaman ketika di nursury Melbourne, hal tersebut adalah signal fitrah life skill sangat mendasar pada anak. Mereka mau makan sendiri.. 🙂
Maka sebetulnya, kalau para ortu bisa dan mau, anak2 bisa difasilitasi. Berikan makanan yang bisa dipegang, dikunyah pelan2, atau dihisap. ? Metode seperti ini lebih terkenal dengan sebutan Baby Led Weaning atau BLW. InsyaAllah metode ini membantu menyalurkan fitrah mandiri mereka sejak dini, melatih motorik halus, memberikan hak perut (kapan kenyang) kepada mereka sendiri, menyalurkan fitrah gigit2 mereka, dan insyaAllah gak ada sesi kejar2an sambil suap2an, insyaallah gak ada sesi pindah dr bubur ke nasi. ? Tantangannya apa? Di awal2 mungkin akan berantakan. Sabar, insyaAllah beberapa bulan lagi dia bisa makan pakai sendok dengan tingkat tumpah yang semakin sedikit. ?
Intinya, jangan mengeluhkan anak yang malas makan sendiri, kalau ternyata justru ortunyalah yang mengajarkan nikmatnya makan disuapi 🙂
*)Fitrahnya, anak-anak itu penurut kepada orang yang mereka percayai. ?
Di usia 6 bulan ke atas, anak mulai memiliki orang yang dipercaya, yang dalam pandangan mereka sosok yang luar biasa hebat, helpful, amazing, dan mampu membuat mereka bahagia.
Anak2 pun semakin lengket dengan ortu, dan terkadang nggak mau sama orang baru.
Terkadang2 orangtua suka merasa risih, merasa “terkekang” karena berkurang drastis me time nya dan terganggu aktivitasnya karena selalu “diintervensi” oleh anak yang ingin ikut2an.
Padahal, hal tersebut adalah wujud percaya anak kepada orangtuanya. Melalui cara itulah, orangtua dan anak di usia dini saling membangun rasa cinta, percaya, merasa aman, percaya diri, dan terpenuhi kebutuhan jiwanya.
Sayangnya, justru orangtua yang terkadang lari dari “singgasana istimewa itu”.
Jadi, jangan mengeluhkan anak yang tidak mau nurut ketika ketika besar, kalau kebutuhan jiwa di masa kecilnya pun tidak terpenuhi dengan baik. ?
*)Fitrahnya pula, anak seharusnya mampu menjadi pembelajar terbaik, dan belajar yang baik2. Di usia dini, bukan cuman lengket, tapi apapun yang ortu lakukan, anak-anak ingin tiru dan pelajari.
Merekalah sang peniru ulung. Mereka belajar cara bicara, sesuai dengan kita, hingga pada nada titik koma juga nada suara. Mereka melihat kita makan, minum, menggosok gigi. Mereka ikut kita sejak bangun pagi, shalat, mandi, dst. Mereka merekam dan meniru. Tugas kitalah menjada perilaku lebih baik dari ketika ada cctv.
Sayangnya, justru terkadang orangtualah yang mengajarkan hal negatif.
Orangtua lah yang diam2 pergi meninggalkan anak tanpa izin karena khawatir anak menangis, orangtualah yang kadang mengajarkan “yuk liat ciccak” padahal tidak ada cicaknya, ortulah yang mengajarkan makanan junk food pertana kali, ortu juga yang mengajarkan kalimat kasar, kalimat bernada tinggu, cara marah, dan seterusnya.
Maka jangan heran, kalau ada ortu sering memarahi anak, dan ketika besar anaknya menjadi pemarah yang lebih ulung dan kreatif. Dari ortunyalah nereka pertama kali belajar. 🙂
sebaliknya, jangan heran, kalau ada anak yang tanpa disuruh senang shalat, senang pergi ke masjid, berbicara bisa lemah lembut, karena ternyata itulah dunia yang ia teladani sejak kecilnya. 🙂
Adalagi seru,
*) Fitrahnya, anak2 memiliki fisik yang sehat dan suka olahraga. Anak kecil sesegera bisa berlari, maka ia mampu berlari2 jungkir balik seakan tidak ada lelahnya. 🙂 tapi terkadang justru ortunya yang melarang dan membatasi, membuat label “anak tak bisa diatur”, “anak shaleh duduk diam”.
Apalagi begitu masuk sekolah, banyak sekolah yang mengharuskan anak2 diam di kursi selama berjam2, pelajaran olahraga hanya 1 minggu sekali, belum lagi kalau sekolahnya full day. Kapan anak2 bisa menyalurkan fitrah mereka untuk sehat? ?
Ketika anak sudah dewasa nanti, jangan menyalahkan mereka kalau mereka overweight, atau malas bergerak, atau malas olahraga, atau yang stamina fisiknya kalah sana anak TK dalam urusan lari kesana kemari.
Karena ketika fitrah bergerak dan sehat mereka merekah, justru ortu dan lingkungannya lah yang mengubur fitrah itu dalam2. Mereka yang nyaman bergerak, akhirnya belajar “nikmatnya duduk, menonton hiburan, dan dilayani dalam berbagai hal”.
Bagaimana dengan hukuman?
Secara fitrah, anak-anak selalu ingin belajar menjadi lebih baik, bukan lebih nakal.
? saya termasuk yang meyakini bahwa secara fitrah anak usia batita belum layak menerima hukuman, mereka hanya mengerti konsekuensi. Apa bedanya?
Hukuman kadang tak terkait dengan apa yang mereka lakukan. Tapi konsekuensi adalah membuat mereka mengerti efek terhadap suatu perbuatan yang mereka lakukan.
Ketika mereka menumpahkan susu dengan sengaja, konsekuensinya adalah jatah susunya berkurang, bukan disetrap atau dikasi 5 menit duduk dipojokan.
Ketika mereka berlari dan tidak hati2, maka konsekuensinya adalah jatuh dan merasa sakit, bukan hukuman dimarahi dan dikatakan anak nakal.?
Karena meskipun mereka anak kita, dan masih kecil, dan nggak mempunyai power, percayalah, mereka sudah punya perasaan sejak mereka lahir. Mereka adalah anak hebat yang memiliki fitrah cinta dan kasih sayang. ?
Jadi jangan dikira ketika ortu membentak, menghukum, atau mempermalukannya di depan umum, ia tak merasakannya.
Tugas kitalah untuk menemani proses belajar nya dengan penuh kesabaran, memberinya nasehat di waktu-waktu terbaik ketika mereka mampu menerimanya. Bukankah kita yang dewasa pun banyak melakukan salah dan lebih suka diberi tahu dengan baik2, tanpa hukuman, bentakan, apalagi dipermalukan? Padahal, orang dewasa sudah dihisab oleh Allah, dan semua kesalahan anak tak dianggap dosa oleh Allah.?
Insyalah, ketika fitrah kasih sayangnya terpenuhi dengan indah, ketika ia tumbuh dengan imaji positif terhadap orangtuanya, insyaallah ketika dewsa ia akan menjadi orang yang penuh empati, lembut kepada sesama, dan senang hati erbakti dengan orangtua. ?
Insyaallah, ketika fitrah kemandirian dan pembelajarnya terfasilitasi dengan baik ketika kecil, insyaallah fitrah tersebut akan berkembang luar biasa ketika besar, ia akan lebih mudah mengenal siapa dirinya, apa kebisaannya, dan akan siap menerima ketegaan kerja keras di dunia nyata. ?
Allahua’lam bishawab.
Tidak ada yang mengenal seorang anak lebih baik daripada Allah dan orangtua anak itu sendiri. Jadi kalau ada yang nerasa berbeda pendapat, gpp, ?? insyaallah saya yakin setiap dari kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak kita. Tugas sesama orangtua adalah saling mendoakan, berbagi ilmu, dan pengalaman. Semoga generasi setelah kita, dapat memimpin dunia ini lebih baik dari kita.
Salam hangat,
@Karina Hakman