Tua-tua Keladi

TUA-TUA KELADI

Sangat masyhur peribahasa “tua-tua keladi”, makin tua makin menjadi. Kebanyakan orang mengartikan peribahasa tersebut selalu negatif, yaitu “orang tua yang tidak tahu diri karena berlagak seperti halnya anak muda”.
Namun peribahasa tersebut dapat pula diartikan positif bagi orang yang selalu berpikir positif. Secara positif arti peribahasa tersebut adalah orang yang makin tua makin menghebat, menghebat karya dan perannya dan menghebat pula ibadahnya.

Kebanyakan generasi ini…
Masa kecilnya hebat, namun makin tua makin melambat.
Masa kecilnya luar biasa, namun makin tua makin membiasa.
Masa kecilnya cemerlang, namun makin tua makin menghilang.
Kenapa demikian?

Kehidupan ibarat lari marathon…
Jika setelah start langsung mengerahkan semua tenaga untuk mendahului yang lainnya, maka akan makin melemah kehabisan tenaga ketika mendekati garis finish.
Tetapi…
Jika setelah start mengatur strategi bagaimana menggunakan energi secara efektif dan efisien, maka tenaga yang masih tersisa dapat digunakan sepenuhnya ketika mendekati garis finish.
Dalam pendidikan kita sekarang banyak anak-anak yang digegas menjadi hebat diusia dini, namun kenyataannya mereka mulai melemah saat mereka seharusnya mulai menguatkan daya dan upayanya ketika memasuki baligh.
Mari jadikan generasi ini generasi yang makin dewasa makin menghebat, usia baligh jadi hebat, usia 20 tahun lebih hebat, usia 40 tahun lebih hebat lagi, usia lebih 50 tahun luar biasa hebat.
Cukuplah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jadi teladan bagi pendidikan anak-anak kita, yang mana beliau makin dewasa makin menghebat, bahkan pada usia lebih dari 50 tahun beliau masih gagah perkasa dalam medan pertempuran dan peran lainnya, dan menghebat pula ibadahnya hingga akhir hayatnya.
Jangan terburu-buru dengan memaksa anak kecil menjadi hebat terlalu dini, karena hal ini akan menghilangkan hak-hak masa kecilnya, yang pada waktunya setelah dewasa dia akan menuntut haknya dengan perilaku-perilaku yang tidak dewasa. Dan tepatlah peribahasa “tua-tua keladi” disematkan kepadanya jika berperilaku demikian (tentunya peribahasa tersebut jika diartikan secara negatif).
Berikan hak anak pada masa kecilnya, maka kelak mereka akan menunaikan kewajibannya.
Hak anak-anak adalah bermain, dan kewajibannya setelah dewasa adalah taklif, yaitu beban syari’at.
Percepatan bukan pada permulaan, tetapi percepatan adalah menjelang akhir.

Usia 10 tahun adalah masa percepatan menuju aqil baligh.
Usia 10 tahun adalah usia tancap gas menuju peran peradaban.
Usia 10 tahun adalah usia diingatkan dengan gantungan cambuk.
Usia 10 tahun adalah usia boleh dipukul jika tidak mau shalat.
Usia 10 tahun adalah masa percepatan menuju permulaan kedewasaan.
Usia 10 tahun adalah masa percepatan menuju permulaan peran dan kematangan.
Sebelum usia 10 tahun adalah masa bermain.

Abdul Kholiq
Sekolah Karakter Imam Syafi’i
(SKIS) Semarang
#sekolahorangtua

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Jl. Karangroto Raya (KH.Zainudin Raya) No. 27 A, RT 7 RW 2, Komplek Radio Mutiara Qur’an 1170 AM, Karangroto, Genuk, Semarang 50117

No WA : 089 503 659 911

SEKOLAH KARAKTER IMAM SYAFI’I (SKIS) SEMARANG @2022